Universitas Pertamina, 27 Maret – World Health Organization memprediksi pemanasan global akibat emisi karbon dapat mengakibatkan 250 ribu kematian manusia per tahun antara 2030 hingga 2050. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, sektor energi, yang termasuk di dalamnya usaha penyedia migas, menyumbang 47 persen emisi karbon nasional.
Mendukung upaya G20 dalam mengurangi emisi karbon, tiga mahasiswa Universitas Pertamina mengajukan gagasan integrasi penggunaan energi surya dalam kegiatan hulu migas. Inovasi besutan Arief Akhmad Syarifudin, Christianov Agassi Batistuta Sumolang dan Inggrialianthari Rezkhi Trinugrahandini ini diyakini dapat menurunkan CO2 hingga 14 ribu ton per tahun.
“Umumnya metode Thermal Enhanced Oil Recovery atau TEOR dalam pengambilan sisa minyak, menggunakan pembakaran gas. Proses ini menyumbang emisi karbon yang cukup besar. Kami menggagas ide penggunaan energi surya menggantikan gas bumi dalam proses pembangkitan uap,” ungkap Arief dalam wawancara daring, Kamis (24/3).
Metode TEOR dilakukan untuk mengoptimalkan pengambilan sisa minyak yang tidak terkuras. Dilakukan dengan cara menginjeksi uap ke dalam reservoir untuk memanaskan minyak berat (heavy oki) agar kekentalannya berkurang. Alhasil, minyak lebih mudah diangkat ke permukaan.
“Inovasi yang kami ajukan adalah penggunaan Concentrated Solar Power (CSP) yang terdiri dari kumpulan reflector (heliostat) yang berfungsi memantulkan sinar matahari ke central tower (receiver). Panas yang terkumpul di tower akan digunakan untuk memanaskan molten salt sebagai media fluida yang kemudian digunakan untuk memanaskan air menjadi uap. Uap ini akan diinjeksi ke dalam reservoir untuk proses TEOR,” tutur Arief.
Untuk mengatasi masalah ketergantungan cuaca dari energi surya, lanjut Arief, tim melakukan intermittent injection. “Istilah lainnya adalah injeksi selang seling. Jadi, pada malam hari injeksi uap dengan temperatur tinggi akan diganti dengan injeksi air panas. Setelah dilakukan simulasi menggunakan perangkat lunak, efektivitasnya ternyata tidak jauh berbeda dengan injeksi uap temperatur tinggi,” ujar Arief.
Solusi Efisien Raih Penghargaan
Berdasar analisa nilai keekonomian, Arif dan tim menghitung inovasi mereka dapat mengefisiensikan biaya produksi migas hingga 50 persen. Sehingga inovasi ini menawarkan
solusi pengurangan emisi karbon dalam kegiatan migas, yang sekaligus juga lebih efisien secara ekonomi.
Inovasi yang dirancang oleh tim dari mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina tersebut berhasil meraih juara 1 di ajang bergengsi tahunan, Oil and Gas Intellectual Parade (OGIP) 2022, yang diselenggarakan oleh UPN Veteran Yogyakarta, pada 5 Maret 2022 lalu.
Inovasi ini juga meraih penghargaan di ajang Annual Petroleum Competition and Exhibition (APECX) 2021. APECX merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers, Universitas Gadjah Mada (SPE UGM-SC).
Bagi siswa-siswi SMA yang ingin berkarir di industri migas masa depan sebagai reservoir engineer, production engineer, drilling engineer maupun wirausaha energi, dapat menjadikan Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina sebagai pilihan.
Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (Non Tes) dan Ujian Masuk Online untuk Tahun Akademik 2022/2023. Universitas Pertamina juga menyediakan beragam beasiswa dengan total nilai 16 Milyar Rupiah. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran.
—————
Universitas Pertamina, 25 Maret 2022 – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya menekankan, untuk mencapai target emisi karbon netral/net-nol pada tahun 2060, negara-negara anggota G20 harus melakukan aksi nyata menyikapi isu krusial lingkungan, salah satunya adalah meningkatkan upaya pengurangan emisi secara kolektif. Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam pembukaan Plenary G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (1st EDM-CSWG), pada Selasa (22/03) kemarin.
Tak terkecuali untuk sektor minyak dan gas bumi (migas). Di tengah upaya memenuhi target produksi nasional, industri migas juga dituntut untuk terus menurunkan emisi karbon. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, sektor energi, yang termasuk di dalamnya usaha penyedia migas, menyumbang 47 persen emisi karbon nasional.
Sementara itu, menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total emisi CO2 dari sektor migas diperkirakan mencapai 1,1 Gigaton CO2. Agar selaras dengan Paris Agreement, Institute for Essential Services Reform (IESR) mengatakan, penurunan emisi karbon di sektor energi setidaknya harus di atas 500 juta ton.
Melalui integrasi penggunaan energi surya, Arief Akhmad Syarifudin, bersama dua rekannya, Christianov Agassi Batistuta Sumolang dan Inggrialianthari Rezkhi Trinugrahandini, mengajukan gagasan pengurangan emisi karbon di sektor hulu migas. Inovasi ini, diyakini dapat menurunkan emisi karbon hingga 14.000 ton CO2 per tahun.
“Proses pembakaran gas pada proses Thermal Enhanced Oil Recovery (TEOR) di sektor migas, menyumbang emisi karbon yang cukup besar. Karenanya, kami mengganti sumber panas dalam proses generating steam dengan menggunakan energi surya, yang biasanya menggunakan gas bumi,” ungkap Arief dalam wawancara daring, Kamis (24/3).
Metode TEOR dilakukan untuk mengoptimalkan pengambilan sisa minyak yang tidak terkuras melalui metode produksi primer. Dilakukan dengan cara menginjeksi uap ke dalam reservoir untuk memanaskan heavy oil agar kekentalan dari minyak dapat berkurang. Sehingga, minyak akan lebih mudah diangkat ke permukaan.
“Inovasi yang kami ajukan adalah penggunaan Concentrated Solar Power (CSP) yang terdiri dari kumpulan reflector (heliostat) yang berfungsi memantulkan sinar matahari ke central tower (receiver). Panas yang terkumpul di tower akan digunakan untuk memanaskan molten salt sebagai media fluida yang kemudian digunakan untuk memanaskan air menjadi uap. Uap ini akan diinjeksi ke dalam reservoir untuk proses TEOR,” tutur Arief.
Untuk mengatasi masalah ketergantungan cuaca dari energi surya, lanjut Arief, tim melakukan intermittent injection. “Istilah lainnya adalah injeksi selang seling. Jadi, pada malam hari injeksi uap dengan temperatur tinggi akan diganti dengan injeksi air panas. Setelah dilakukan simulasi menggunakan perangkat lunak, efektivitasnya ternyata tidak jauh berbeda dengan injeksi uap temperatur tinggi,” ujar Arief.
Dari analisa nilai keekonomian, melalui inovasi ini Arif dan tim dapat mengefisiensikan biaya produksi migas hingga 50 persen. Sehingga, dalam waktu bersamaan inovasi ini menawarkan efisiensi secara ekonomi dan ramah terhadap lingkungan.
Inovasi yang dirancang oleh tim dari mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina tersebut berhasil meraih juara 1 di ajang bergengsi tahunan, Oil and Gas Intellectual Parade (OGIP) 2022, yang diselenggarakan oleh UPN Veteran Yogyakarta, pada 5 Maret 2022 lalu. Inovasi ini juga pernah meraih penghargaan di ajang Annual Petroleum Competition and Exhibition (APECX) 2021. APECX merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers, Universitas Gadjah Mada (SPE UGM-SC).
Bagi siswa-siswi SMA yang ingin mempelajari eksplorasi energi khususnya di bidang minyak dan gas bumi, dapat menjadikan Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina sebagai pilihan. Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (Non Tes) dan Ujian Masuk Online untuk Tahun Akademik 2022/2023. Universitas Pertamina juga menyediakan beragam beasiswa dengan total nilai 16 Milyar Rupiah. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran .
pengurangan emisi GRK dari sektor lain, akan atau lebih cepat. mereka menjelaskan, dengan total hampir 90% lahan gambut dunia dan sekitar 41% luas Mangrove global dan juga ekosistem unik yang ada di negara-negara G20, menempatkan G20 pada posisi yang strategis untuk pengendalian Perubahan iklim melalui perlindungan dan rehabilitasi lahan gambut dan mangrove.
“1st Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) adalah tonggak G20 pertama melalui upaya bersama kami untuk melindungi lingkungan dan menghadapi perubahan iklim menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ketahanan iklim. Mari pulih bersama, pulih lebih kuat,”
Universitas Pertamina, 23 Maret 2022 – Di tengah upaya memenuhi target produksi nasional, sektor minyak dan gas bumi (migas) juga dituntut untuk terus menurunkan emisi karbon. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, sektor energi, yang termasuk di dalamnya usaha penyedia migas, menyumbang 47 persen emisi karbon nasional.
Sementara itu, menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total emisi CO2 dari sektor migas diperkirakan mencapai 1,1 Gigaton CO2. Agar selaras dengan Paris Agreement, Institute for Essential Services Reform (IESR) mengatakan, penurunan emisi karbon di sektor energi setidaknya harus di atas 500 juta ton.
Melalui integrasi penggunaan energi surya, Arief Akhmad Syarifudin, bersama dua rekannya, Christianov Agassi Batistuta Sumolang dan Inggrialianthari Rezkhi Trinugrahandini, mengajukan gagasan inovasi pengurangan emisi karbon di sektor hulu migas. “Selama ini, pembakaran gas pada proses thermal enhanced oil recovery di sektor migas diprediksi menyumbang emisi karbon yang cukup besar. Karenanya, kami mengajukan alternatif pengganti sumber energi non-fosil, yakni dengan tenaga surya,” ungkap Arief dalam wawancara daring, Rabu (23/3).
Metode Enhanced Oil Recovery (EOR) dilakukan untuk mengoptimalkan pengambilan sisa minyak yang tidak terkuras melalui metode produksi primer, khususnya di sumur tua. EOR merupakan salah satu upaya untuk mencapai target 1 juta barrel dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030 mendatang. Dikatakan Dewan Energi Nasional (DEN), meskipun dengan target produksi yang tinggi, di tahun 2030 mendatang pemerintah menargetkan tercapai penurunan emisi karbon di sektor energi sebesar 314,03 juta ton CO2.
Upaya tersebut diwujudkan melalui pemanfaatan energi terbarukan, konservasi energi, pembangkit energi bersih, fuel switching, reklamasi pasca tambang, pengurangan fugitive gas, zero flaring dan venting, penerapan CCS (Carbon Capture and Storage) dan CCUS (Carbon Capture Utilization and Storage), serta peningkatan kendaraan listrik. Menurut Arief, inovasi yang diusulkan oleh tim telah sejalan dengan upaya yang saat ini sedang dikejar oleh pemerintah, yakni dalam pemanfaatan energi terbarukan.
Untuk mengatasi masalah weather dependency dari energi surya, lanjut Arief, tim melakukan intermittent injection. “Istilah lainnya adalah injeksi selang seling. Jadi, pada malam hari, injeksi steam atau uap dengan temperatur tinggi, akan diganti dengan steam-hot water. Setelah dilakukan simulasi menggunakan software, hasilnya ternyata tidak jauh berbeda dengan injeksi steam secara continous,” ujar Arief.
Dari analisa nilai keekonomian, inovasi Arief dan tim dapat mengefisiensikan biaya hingga 50 persen. “Sementara untuk emisi karbon yang akan berkurang, diprediksi mencapai 14.000 tonnes CO2/year. Sehingga dalam waktu bersamaan, inovasi ini menawarkan efisiensi secara ekonomi dan ramah terhadap lingkungan,” pungkas Arief.
Inovasi yang dirancang oleh tim dari mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Pertamina tersebut berhasil meraih juara 1 di Ajang Paper and Poster Competition Oil and Gas Intellectual Parade (OGIP) 2022 yang diselenggarakan oleh UPN Veteran Yogyakarta, pada 5 Maret 2022 lalu.
Bagi siswa-siswi SMA yang ingin mempelajari eksplorasi energi khususnya di bidang minyak dan gas bumi, dapat menjadikan Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina sebagai pilihan. Saat ini, Kampus swasta unggulan besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (Non Tes) dan Ujian Masuk Online untuk Tahun Akademik
2022/2023. Universitas Pertamina juga menyediakan beragam beasiswa dengan total nilai 16 Milyar Rupiah. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran
Tim yang diisi oleh tiga mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Pertamina berhasil menjadi juara 1 pada Paper and Poster Competition Oil and Gas Intellectual Parade (OGIP) 2022 yang diselenggarakan oleh UPN “Veteran” Yogyakarta pada 5 Maret 2022.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah,. Ide yang diusung oleh tim ini berfokus kepada pengurangan emisi karbon di wilayah upstream oil and gas dengan integrasi solar energy untuk menggantikan pembakaran gas pada proses thermal enhanced oil recovery yaitu sebuah proses untuk mengoptimalkan jumlah minyak yang dapat diproduksi dari sebuah reservoir. “Kita melakukan reservoir simulation dan economic analysis” ujar Arief dalam wawancara online (17/3).
“Buat mengatasi masalah weather dependency dari solar itu sendiri, kita mendesign yang namanya intermittent injection, injeksi selang seling antara steam-hot water, sehingga saat malam hari itu kita ngga perlu injeksi steam/uap dengan temperatur tinggi, cukup menggunakan hot water dengan temperatur lebih rendah,” jelas Arief terkait metode yang dilakukan timnya.
Setelah dilakukan simulasi menggunakan software, hasilnya tidak berbeda jauh dengan injeksi steam secara continous. Dengan begitu metode ini dapat memotong biaya hingga 50%. Selain itu juga dapat mengurangi emisi karbon hingga 14.000 tonnes CO2/year. Sehingga dalam waktu bersamaan rancangan ini menawarkan efisiensi secara ekonomi dan ramah terhadap lingkungan.
Inovasi yang dirancang oleh tim dari mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Pertamina berhasil mengalahkan 8 tim lain yang berasal dari beberapa perguruan tinggi ternama seperti Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, PEM Akamigas, dan Politeknik Negeri Jakarta.
Selain itu, industri migas mendapat tekanan dari adanya target penurunan emisi karbon atau gas rumah kaca hingga 29 persen pada 2030.
Sektor energi dan lahan menjadi penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di Indonesia. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebutkan lebih dari 90% total emisi yang dihasilkan berasal dari kedua sektor tersebut.
Disebutkan dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC), energi fosil akan menjadi penyumbang emisi terbesar pada 2030 hingga mencapai 58 persen.
Sepanjang 2019, sektor energi masih menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar (45.7% selain sektor FOLU atau hutan dan penggunaan lahan). Sub sektor pembangkitan listrik bertanggung jawab terhadap 35% emisi GRK, diikuti oleh transportasi dan industri masing-masing 27%.
Kapasitas CO2 di Depleted Oil and Gas baru terpakai 52,6% apabila seluruh emisi diinjeksikan ke Depleted Oil and Gas Reservoir.
SKK Migas mengeluarkan berbagai inisiatif untuk menekan emisi karbon di tengah upaya mengejar target produksi minyak dan gas bumi (migas) untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat.
KemenLH
Target pada 2030, Indonesia akan menurunkan sekitar 29% emisi gas rumah kaca (GRK) atau setara 2,8 giga ton karbon dioksida (CO2).
SKK Migas
zero flare, CCUS, penghijauan daerah aliran hutan kota, EORinjeksi CO2 ke lapangan migas
Tentang Universitas Pertamina
Universitas Pertamina merupakan Perguruan Tinggi Swasta yang didirikan pada tanggal 1 Februari 2016 sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Pertamina (Persero) di bidang pendidikan. Universitas Pertamina diresmikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti), Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) pada tanggal 11 Februari 2016. Universitas Pertamina memiliki 6 Fakultas dan 15 Program Studi yang kurikulumnya dibuat berbasis kebutuhan industri energi. Universitas Pertamina didirikan dengan harapan menjadi universitas berkelas dunia yang bergerak di bidang bisnis dan teknologi energi. Saat ini, pengelolaan Universitas Pertamina berada di bawah naungan Pertamina Foundation.
Untuk informasi lebih lanjut:
Alamat : Jalan Teuku Nyak Arief, Simprug, Kel. Grogol Selatan, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12220
Telepon : (021) 29044308
Website : www.universitaspertamina.ac.id
Email : [email protected]
Media Sosial : 1. Instagram : universitaspertamina
2. Twitter : @UnivPertamina
3. Line@ : @UnivPertamina
4. Facebook : Universitas Pertamina
Narahubung:
Nama : Pristia T.A. – Tim Humas Universitas Pertamina
Telepon : 08999560084
Email : [email protected]
Akibatnya, Indonesia sempat mengalami kelangkaan penyanitasi tangan karena keterbatasan bahan baku. Selain dari kelangkaan yang terjadi, Meski dianggap sangat efektif dalam membunuh kuman dan bakteri, faktanya penggunaan penyanitasi tangan berbahan alkohol dalam jangka panjang tidak baik untuk kulit.
World Health Organization (WHO) menyebutkan, penyanitasi tangan yang efektif harus memiliki kandungan alkohol sedikitnya 60 persen. Namun, jika dipakai secara terus menerus, alkohol yang terkandung dalam penyanitasi tangan dapat mengurangi protein dan lipid pada lapisan kulit yang berpotensi mengurangi kelembaban kulit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Dermatology Association (AADA), selain rasa tidak nyaman, kulit kering justru dapat meningkatkan peluang masuknya kuman ke dalam tubuh.
masyarakat terkena panic buying dengan memborong stok masker dan hand sanitizer. Hal tersebut yang akhirnya mengakibatkan kelangkaan stok dan melonjaknya harga yang berada di atas batas normal.