Generalvekalat.org – Ahmad Junaidi, dosen Universitas Mataram yang sedang menempuh pendidikan di Monash University Australia mengatakan rasionalitas dan kebenaran ilmiah penting agar komunitas akademis bebas dari hoaks. Berikut uraiannya:
Pada 2021, saya menulis artikel di The Conversation berjudul Kutukan ilmu pengetahuan: banyak akademisi lebih fokus terdengar pintar daripada membumikan sains pada masyarakat yang mengajak akademisi lebih banyak menulis di media populer.
Saya menyoroti bahasa langit dari artikel ilmiah yang sulit diakses masyarakat. Miskinnya pembumian sains dapat memberi panggung pada media oportunis yang sarat dengan hoaks dan misinformasi.
Tapi, yang luput saya tuangkan dalam artikel tersebut adalah bahwa bertambahnya komunikasi sains harus disertai dengan rasionalitas, kebenaran ilmiah, dan literasi media. Ini penting agar komunitas akademik terbebas dari hoaks.
Baca Juga:
Waspada! Berikut 5 Tips Menghadapi Berita Hoaks agar Tidak Mudah Terhasut
Kita bisa melihat dalam beberapa tahun belakangan muncul berbagai akademisi yang menyebarkan misinformasi.
Pada 2018, Tara Arsih, seorang dosen di Universitas Islam Indonesia (UII) menyebarkan hoaks tentang terbunuhnya seorang muazin (penyeru azan) di Jawa Barat, sebelum akhirnya diberhentikan kampusnya. Akhir tahun lalu, ada juga Henry Subiakto, seorang profesor di Universitas Airlangga (UNAIR), yang menyebarkan foto dengan narasi perang saudara di Irak yang juga salah.
Hal ini layak membuat kita khawatir akan lunturnya dua asas penting pendidikan tinggi yang tertuang dalam UU No 12 Tahun 2012, yakni kebenaran ilmiah dan penalaran.
Banyak informasi tak berarti makin rasional
Sejarah menunjukkan semakin tersebarnya banyak informasi, tidak serta merta memperbaiki rasionalitas masyarakat.
Baca Juga:
CEK FAKTA: Ade Armando Dikabarkan Meninggal Dunia, Benarkah?
Disrupsi informasi pertama muncul saat Johannes Guttenberg memantik revolusi literasi dengan menciptakan mesin cetak pada abad ke-15. Buku menjadi lebih mudah diakses dan mengubah lanskap akademik secara drastis. Lebih banyak orang yang bisa membaca dan kampus bisa mengakselerasi budaya akademik secara lebih intens.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
#Budaya #Rasionalitas #Harus #Jadi #Fokus #Perguruan #Tinggi
Sumber : www.suara.com